bermain dengan fisika


Bermain dengan Fisika

ADA dua jalan untuk belajar ilmu fisika. Mau pilih cara kuno? Hafalkan saja rumus-rumusnya yang sulit diingat itu. Cara ini sekarang sudah mulai ditinggalkan. Fisika bisa dipelajari sambil bermain. Hati senang, rumus pun mudah terkenang. Itulah yang dilakukan Dunia Fantasi di kawasan Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta. Selama tiga bulan, sejak Juni hingga Ahad pekan lalu, lokasi yang dipakai untuk tempat hiburan itu menggelar "Dunia Fantasi Science Festival (Dusef) 2001". Festival ini merupakan pesta fisika pertama dan terbesar yang pernah ada di Indonesia. Saat festival berlangsung, seperti biasa, Dunia Fantasi tetap meriah. Bedanya, kali ini pengunjung diajak bermain sekaligus belajar fisika. Dalam masalah fisika, Dunia Fantasi bisa disebut sebagai laboratorium fisika raksasa. Berbagai permainan yang ada di tempat rekreasi itu menjadi contoh nyata dari ilmu fisika. Selama ini pengunjung Dunia Fantasi mungkin tak menyadari telah menjadi obyek penerapan hukum fisika. Ketika menaiki Kereta Halilintar (roller coaster), misalnya, tanpa kita sadari ternyata tubuh tak terjatuh meski kereta dalam keadaan terbalik. Hukum fisika lainnya terjadi saat penumpang perahu Kora-Kora kehilangan bobotnya ketika perahu itu mengayun. Sebelum bermain, pengunjung bisa mem-baca keterangan tentang cara kerja sebuah permainan. Pemandu di setiap wahana akan menjawab pertanyaan seputar permainan itu. Kemudian, pengunjung akan diberi pertanyaan fisika dan matematika yang berhubungan dengan permainan tersebut dalam bentuk pilihan ganda. Cara ini ternyata mampu merangsang rasa ingin tahu pengunjung sebelum memainkannya. Setelah itu, pengunjung akan merasakan sensasi lewat pengalaman nyata permainan itu. Misalnya, Baku Toki (bom-bom car) adalah permainan yang memakai hukum Newton. Secara praktek, dijelaskan bahwa benturan terasa lebih keras jika mobil yang kita kendarai menabrak mobil yang dikendarai orang berbadan besar. Tak aneh jika para pemain yang berbadan besar selalu menjadi sasaran pemain lain. Festival itu juga menggelar delapan macam kompetisi untuk pelajar. Seribu peserta saling bersaing dalam lomba penulisan artikel ilmiah populer, cepat tepat fisika dan matematika, foto, dan desain homepages bernuansa sains. Selain kompetisi yang serius, juga digelar lomba karikatur parodi sains dan lomba musik inovatif dengan memakai perhitungan ilmiah. Belajar sambil bermain ini rupanya lebih tertancap dalam ingatan. Seorang peserta lomba, Liony Fransisca dari SMU Fons Vitae 1, Jakarta, menyatakan terkesan saat diminta menghitung daya dalam permainan Alap-Alap. "Kita benar-benar mengerti rumus ini dipakai untuk bagian apa. Jadi, jelas fisika tidak hanya rumus dan hitung-hitungan, tapi bisa dipraktekkan," ujar Liony, yang kelompoknya menjadi juara III Lomba Cepat Tepat Fisika-Matematika Tingkat SMU. Itu juga yang diharapkan panitia penyelenggara. "Kami ingin pelajar dan masyarakat melihat fisika dan matematika sebagai ilmu yang mengasyikkan," kata Faisal Haq, koordinator Media Relation Dusef. Festival ini di-garap bersama antara Dunia Fantasi dan Lembaga Pengembangan Fisika Indonesia (LPFI). Selain Dunia Fantasi, selama ini masyarakat juga bisa melihat penerapan hukum-hukum fisika di Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah. Museum iptek ini menyajikan benda-benda peraga dalam dimensi kecil dan mudah dibawa. Alat peraga mini ini untuk mempermudah melihat kerja benda-benda raksasa di alam. Sedangkan peristiwa di alam yang bentuk aslinya tak tampak mata disajikan dengan alat peraga dalam dimensi besar. Pemasyarakatan ilmu fisika ini juga sukses dilakukan lewat Kuis Galileo di salah satu stasiun televisi. Selain di Jakarta, program pembangunan museum iptek juga dilakukan di Padalarang (Jawa Barat), Solo (Jawa Tengah), dan Malang (Jawa Timur). Pihak pemerintah daerah dan swasta dilibatkan dalam penyediaan gedung, sementara materi isi museum memiliki kesamaan dengan yang ada di Jakarta. Dengan dipilihnya Dunia Fantasi sebagai salah satu laboratorium, akan makin banyak kesempatan pelajar memahami fisika. Seperti diungkapkan Yohanes Surya, Chairman Dusef 2001, pengajaran fisika dengan menitikberatkan pada rumus harus berubah menjadi fisika sebagai konsep. Jika pelajar memahami konsep fisika, ia akan mengetahui logika yang dipakai sehingga soal fisika seberat apa pun bisa dikerjakan dengan baik oleh siswa. "Yang terpenting bukan bisa menjawab dengan angka, melainkan bisa menjelaskan soal-soal fisika dengan kata-kata," kata Yohanes, yang juga Ketua Lembaga Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Bagi TOFI sendiri, festival fisika kali ini merupakan salah satu upaya menanam benih bagi perkembangan ilmu fisika di Indonesia. Para pemenang lomba diharapkan terpacu untuk ikut serta bersaing mewakili Indonesia dalam ajang Olimpiade fisika tingkat dunia. Yohanes sendiri yakin, Indonesia akan meraih hadiah Nobel fisika, suatu saat nanti. Agung Rulianto, Ardi Bramantyo


Terima Kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar